TUGAS 6 KARAKTERISTIK PEKEMBANGAN PESERTA DIDIK DI TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH, MENCAKUP A.PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK B.KOGNITIF C.BAHASA D.SOSIOEMOSIONAL E.MORAL DAN RELIGI



KELAS PPKn SORE B
Nama :         ALFAN HERJANDI
NIM :                        E1B117004
Blog :   alfanjandi.blog.spot.com
NO Hp :                   085397200906
TUGAS 6 / 15 APRIL 2018

Creative Summary tentang : Karakteristik perkembangan peserta didik di tingkat satuan pendidikan sekolah menengah, mencakup (a) perkembangan fisik dan motorik, (b) kognitif, (c) bahasa, (d) sosioemosional, (e) moral dan religi.

  1. PERKEMBANGAN MOTORIK.
Pada dasarnya perkembanganmencakup duaunsuryaitukematangandanpertumbuhan. Perkembanganmerupakan istilah umumyang merujukpadakemajuandankemunduran yang terjadihingga akhir hayat. Pertumbuhanmerupakan aspek struktural dari perkembangan. Sedangkan kematanganberkaitan dengan perubahan fungsipadaperkembangan manusia. Perkembangan motorik secara konsep diartikansebagaiistilahumumuntukberbagaibentukperilakugerak manusia.Sedangkan psikomotoriklebih khusus  digunakanpadadomain mengenaiperkembangan manusiayang mencakupgerakmanusia.Jadimotorik memiliki ruang lingkupyanglebihluasdari padapsikomotorik. Perkembanganmerupakan istilah umumyang mengacupadakemajuandan kemunduranyang terjadi hinggaakhirhayat.Pertumbuhan adalah aspek strukturaldari perkembangan.Sedangkankematangan berkaitandenganperubahan fungsipada perkembangan. Dengan demikian,perkembanganmeliputisemua aspekdariperilakumanusia,dan hasilnyadipisahkankedalamperiodeusia.Dukunganpertumbuhan terhadap perkembangansepanjang hidupmerupakansesuatuyang berarti.Perkembangan  motorik  adalah  suatu  perubahan  dalam  perilaku  gerak  yang memperlihatkaninteraksidarikematanganmakhlukdanlingkungannya. Perkembangan motorikmerupakan perubahankemampuangerakdaribayisampaidewasa yang melibatkanberbagaiaspekperilakudankemampuangerak.Aspekperilakudan perkembangan motoriksalingmempengeruhisatusamalainnya.                                                      Perkembangan motorikmemunculkansebuahdefinisimengenaiperkembangan motorik, yaitusebagaiperubahan dalamperilakugerakyangmerefleksikaninteraksidari kematangan organismedanlingkungannya.Perkembangan motorik lebihmemperhatikanpadagerakyangdihasilkan (movementproduct).Dan perkembangan motoriklebihmenekankanpadaprosesgerak (movementprocess).Seorang pakar perkembangan motorikmengatakan bahwayangmenjelaskanbahwa perkembangan motorikdapatdidefinisikansebagaiperubahankompetensiatau kemampuangerakdarimulaimasabayi(infancy)sampaimasadewasa(adulthood)serta melibatkanberbagaiaspekperilakumanusia,kemampuanmotorikdanaspekperilaku yangadapadamanusiainimempengaruhi perkembangan motorikdanperkembangan motorikitusendirimempengaruhikemampuandanperilakumanusia .                 Karenabanyaknya faktoryangmempengaruhiperkembangan motoriksepertiproses kelahiran,  lingkungan  fisik,  aktivitas  fisik  dan  latihan  secara  teratur.  Maka  untuk mengukurperkembanganmotorikinidapatdilakukansecarakualitatifmaupunkuantitatif. Kitadapatmengukur keterampilangerakdenganbeberapacara.Namunadaduametode yangcukuppentingdalammenilaiketerampilangerakpadasiswa,yaitumetodeproduk danmetodeproses.Metodeprodukmerupakanpendekatanuntuk mengukur gerak,hasil akhir,outcome,dangeraktersebutdianalisis.Contoh,seorang siswamelakukan keterampilan melemparbola,makahasillemparanberupa jarak lemparan,cepattidaknya lemparan,  serta  akurat  tidaknya  lemparan.  Hasil  yang  diraih  siswa  itu  dikategorikan sebagaiprodukketerampilan.Metodeprosesmerupakanpendekatanyangberorientasi padaprosesdanmenekankanpadagerakitusendiri.Inidimaksudkan sebagaipolagerak atauapayangsering disebutdenganteknik.Dengansedikitperbuatan padateknikgerak. Contoh,anakdengantangankanannya mengayunsambilbergerakkedepandengan melangkahkan kakikanannya,atauperformasikapmenangkapbola.Penelitianyang menggunakan pendekatanyangberorientasipadaprosesbiasanyamemfokuskanpada performateknikgerak.Sepertianakyangmengupayakan untukmenerimabolasecara akurat.Proses merupakan teknikyang digunakanuntuk melakukangerak.Performa anak dalam  menangkapbola,  pendekatan  yangberorientasipada  prosesmenganalisisanak dalammengontrolbola.
2. Perkembangan Fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001). Secara umum perubahan yang akan terjadi pada saat remaja adalah:
Perubahan Tubuh
Beradasar pembagian dari periode remaja adalah:
Ciri-Ciri Remaja Awal (Teenagers)
a. Perubahan Eksternal
1.Tinggi
Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang antara usia tujuh belas dan delapan belas tahun, dan rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun sesudahnya. Dalam hal kecepatan pertumbuhan, terutama nampak jelas dalam usia 12-14 tahun remaja putri bertumbuh demikian cepat meninggalkan pertumbuhan remaja pria.
2.Berat
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi. Tetapi berat badan sekarang tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali.
3. Proporsi Tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan tubuh yang baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga anggita badan tidak lagi kelihatan terlalu panjang. Pada laki-laki mulai memperlihatkan penonjolan otot-otot pada dada, lengan, paha dan betis. Pada wanita mulai menunjukkan mekar tubuh yang membedakannya dengan tubuh kanak-kanak.
4.Organ Seks
Baik organ seks pria maupun wanita mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian. Kematangan kelenjar seks pada usia 11/12 th – 14/15 tahun. Biasanya pertumbuhan itu lebih cepat pada remaja putri dibanding remaja putra.
Ada 2 macam ciri-ciri pada organ seks, antara lain:
4.1  Ciri-ciri seks primer
Pada masa remaja pria ditandai dengan cepatnya pertumbuhan testis, yaitu pada tahun pertama dan kedua, kemudian tumbuh secara lebih lambat dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20 atau 21 tahun. Sebenarnya testis ini ada sejak kelahiran, tetapi baru 10 % dari ukuran matangnya. Setelah testis mulai tumbuh, penis pun mulai bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut, memungkikan remaja pria (sekitar 14-15 tahun) mengalami “mimpi basah” (mimpi berhubungan seksual.
Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium. Ovarium mengeluarkan telur dan mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada masa inilah (sekitar usia 11-15 tahun) untuk pertama kalinya remaja wanita mengalami menstruasi pertama. Menstruasi pertama sering disertai dengan sakit kepala, sakit punggung dan mudah tersinggung.
4.2  Ciri-ciri Seks Sekunder
Pada remaja wanita ciri-ciri sekundernya yaitu, tumbuh rambut atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besarnya buah dada,dan bertambah besarnya panggul. Pada remaja pria yaitu, tumbuh rabut atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi perubahan suara, tumbuh kumis, dan tumbuh jakun.

b. Perubahan Internal
1. Sistem Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau bebentuk pipa, usus bertambah penjang dan bertambah besar, otot-otot perut di dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
2. Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja; pada usia 17 atau 18, beratnya duabelas kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
3. Sistem Pernafasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hamper matang pada usia 17 tahun; anak laki-laki mencapai tingkat kematangan beberapa tahun kemudian.
4. Sistem Endokrin
Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan keseimbangan sementara dan seluruh system endokrin pada awal masa puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran matang sampai akhir masa remaja awal atau awal masa dewasa.
5. Jaringan Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun. Jaringan sel tulang berkembang sampai tulang mencapai ukuran matang, khususnya bagi perkembangan jaringan otot.
Karakter Kognitif
Intelektual adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan. Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 tahun secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut:
  1. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.
  2. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah.
  3. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak.
  4. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.
  5. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja.
  6. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi.
  7. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri).
Karakteristik perkembangan intelektual remaja digambarkan oleh Keating (Syamsu Yusuf, 2004 : 195 – 196) sebagai berikut:
  1. Kemampuan intelektual remaja telah sampai pada fase operasi formal sebagaimana konsep Piaget. Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada kesadaran sendiri di sini dan sekarang (here and now), cara berpikir remaja berkaiatan erat dengan dunia kemungkinan (world of possibilities).
  2. Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah.
  3. Mampu memikirkan masa depan dan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
  4. Mampu menyadari aktivitas kognitifnya dan mekanisme yang membuat proses kognitif tersebut efisien atau tidak efisien.
  5. Cakrawala berpikirnya semakin luas.
Implikasi Perkembangan Intelek Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Piaget menyebutkan bahwa sebagian besar remaja mampu memahami dan mengkaji konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu. Menurut Bruner, siswa usia remaja ini dapat menggunakan bentuk-bentuk simbol dengan cara yang canggih. Guru dapat membantu mereka dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses (discover approach) dengan memberi penekanan pada penguasaan konsep-konsep abstrak.
Karena siswa pada usia remaja ini masih dalam proses penyempurnaan penalaran, guru hendaknya tidak menganggap bahwa mereka berpikir dengan cara yang sama dengan guru. Untuk itu, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan diskusi secara baik serta memberikab tugas-tugas penulisan makalah. Dalam hal ini, guru hendaknya mengamati kecenderungan-kecenderungan remaja untuk melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak tergali. Cara yang baik dalam mengatasi bentuk-bentuk pemikiran yang belum matang ialah membantu siswa menyadari bahwa mereka telah melupakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Namun, bila permasalahan tersebut merupakan masalah kompleks dengan bobot emosi yang cukup dalam, hal itu bukan tugas yang mudah.
Bahasa
Pola bahasa yang dimiliki dan dikuasai anak adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga, yang disebut bahasa ibu. Perkembangan bahasa ibu dilengkapi dan diperkaya oleh bahasa masyarakat tempat mereka tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan dengan teman sebaya menyebabkan bahasa remaja lebih diwarnai oleh pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok masyarakat yang bentuknya amat khusus, seperti istilah “baceman” di kalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem juga tercipta secara khusus di kalangan remaja untuk kepentingan khusus remaja pula. Karakter bahasa yang biasa muncul dalam usia remaja SMA adalah sebagai berikut:
  • Lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang dipilihnya.
  • Menggemari literatur yang bernapaskan dan mengandung nilai-nilai filosofis, ethis, religius.
  • Lebih bersifat rasionalisme idealis
  • Sudah mampu mengoprasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemapuannya membuat generalisasi yang lebih bersifat konklusif dan komperhensif.
  • Tercapainya titik puncak kedewasaan, yang kemudian mungkin ada pertambahan yang sangat terbatas bagi yang terus bersekolah, bahkan mungkin menjadi mapan yang suatu saat menjalani deklinasi.
  • Kecenderunga bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini.
  1. Faktor umur
  2. Faktor kondisi lingkungan
  3. Faktor kecerdasan
  4. Status sosial ekonomi keluarga
  5. Faktor kondisi fisik
Pengaruh Kemampuan Berbahasa terhadap Kemampuan Berpikir
Tingkat kemampuan berpikir sangat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa. Demikian pula sebaliknya. Orang yang kemampuan berpikirnya rendah akan mengalami kesulitan dalam menyusun kata-kata atau kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini tentu saja akan menyulitkan mereka dalam berkomunikasi.
Orang menyampaikan ide atau gagasannya menggunakan bahasa. Demikian pula menangkap ide atau gagasan orang lain dilakukan melalui bahasa. Menyampaikan dan menangkap makna ide dan gagasan merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah hasil proses berpikir menjadi tidak tepat. Ketidaktepatan ini diakibatkan oleh kekurangan dalam berbahasa.
Implikasi Pengembangan Kemampuan Bahasa Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Kelompok belajar terdiri dari siswa-siswa yang memiliki variasi bahasa yang berbeda-beda, baik kemampuan maupun polanya. Sehubungan dengan itu, dalam mengembangkan strategi belajar mengajar di bidang bahasa, guru perlu memfokuskan pada kemampuan dan keragaman bahasa anak. Anak diminta untuk melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata-kata yang disusun sendiri.
Dengan cara ini, guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa mereka. Kalimat atau cerita anak tentang isi pelajaran perlu diperkaya dan diperluas oleh guru agar mereka mampu menyusun cerita yang lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajarinya dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan dan membentuk pola bahasa anak. Dalam penggunaan model ini, guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Oleh karena itu, sarana pengembangan berbahasa, seperti buku bacaan, surat kabar, majalah, dan lain-lain hendaknya disediakan di sekolah.
Sosial Emosi
Pada masa ini, tingkat karateristik emosional anak usia SMA akan menjadi drastis tingkat kecepatannya. Gejala-gejala emosional para remaja seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai calon pendidik dan pendidik kita harus mengetahui setiap aspek yang berhubungan dengan perubahan pola tingkah laku dalam perkembangan remaja, serta memahami aspek atau gejala tersebut sehingga kita bisa melakukan komunikasi yang baik dengan remaja. Perkembangan pada masa SMA (remaja) merupakan suatu titik yang mengarah pada proses dalam mencapai kedewasaan. Meskipun sifat kanak-kanak akan sulit dilepaskan pada diri remaja karena pengaruh didikan orang tua.
Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas. Umumnya mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut sebagai orang dewasa, mereka secara riil belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa.
Ada perubahan-perubahan yang bersifat universal pada masa remaja, yaitu meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikis, perubahan tubuh, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial tertentu untuk dimainkannya yang kemudian menimbulkan masalah, berubahnya minat, perilaku, dan nilai-nilai, bersikap mendua (ambivalen) terhadap perubahan. Perubahan-perubahan tersebut akhirnya berdampak pada perkembangan fisik, kognitif, afektif, dan juga psikomotorik mereka.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266). Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi remaja. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain sebagai berikut:
  1. Belajar dengan coba-coba
  2. Belajar dengan cara meniru
  3. Belajar dengan cara mempersamakan diri
  4. Belajar melalui pengondisian
  5. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Pengaruh Emosi terhadap Tingkah Laku
Perasaan takut atau marah dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan emosi dan menjadi gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, jantung berdetak cepat, dan lain-lain. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab seseorang kesulitan berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Seorang yang gagap sering dapat berbicara secara normal jika dalam keadaan rileks atau senang. Namun, jika dia dihadapkan pada situasi-situasi yang menyebabkan kebingungan
Perilaku ketakutan, malu-malu atau agresif dapat disebabkan oleh ketegangan emosi atau frustasi. Karena reaksi kita berbeda-beda terhadap setiap orang yang kita jumpai maka akan timbul emosi tertentu. Seorang siswa bisa saja tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, tetapi karena sesuatu yang terjadi pada situasi belajar di kelas. Jika ia merasa malu karena gagal dalam menjawab soal tes lisan, pada kesempatan lain, ia mungkin menjadi takut ketika menghadapi tes tertulis. Akibatnya, ia memutuskan untuk membolos, atau mungkin melakukan kegiatan yang lebih buruk lagi, yaitu melarikan diri dari orangtua, guru, atau otoritas lain.
Implikasi Pengembangan Emosi Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Sehubungan dengan emosi remaja yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat guru lakukan adalah memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh dengan rasa tanggung jawab moral. Salah satu cara yang mendasar adalah dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri.
Perlu disadari bahwa remaja berada dalam keadaan yang membingungkan dan sulit diterka perilakunya. Dalam banyak hal, ia bergantung pada orangtua tentang keperluan-keperluan fisik dan merasa mempunyai kewajiban kepada pengasuhan yang mereka berikan saat dia tidak mampu memelihara dirinya sendiri. Namun, ia juga merasa ingin bebas dari otorita orangtuanya agar menjadi orang dewasa yang mandiri. Hal itu memicu terjadinya konflik dengan orangtua. Apabila terjadi friksi semacam ini, para remaja mungkin merasa bersalah, yang selanjutnya dapat memperbesar jurang pemisah antara dia dan orangtuanya.
Seorang siswa yang merasa bingung terhadap kondisi tersebut mungkin merasa perlu menceritakan penderitaannya, termasuk rahasia-rahasia pribadinya kepada orang lain. Oleh karena itu, seorang guru pembimbing hendaknya tampil berfungsi dan bersikap seperti pendengar yang bersimpatik.
Moral
Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka (Gunarsa,1988).
Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988). Perkembangan moral remaja yang demikian, jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensioanl. Pada akhir masa remaja seseorang akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap pascakonvensional ketika orisinilitas pemikiran moral remaja sudah semakin jelas. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.
Melalui pengalaman atau berinteraksi social dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berprilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
Dikaitkan dengan perkembangan moral dari Lawrence Kohlberg, menurut Kusdwirarti Setiono (Fuad Noshori, Suara Pembaharuan, 7 Maret 1997) pada umunya remaja berada dalam tingkatan konvensional, atau berada dalam tahap ketiga (berprilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok), dan keempat (loyalitas terhadap norma atau peratutan yang berlaku dan diyakininya).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmara (Mahasiswa PPB FIP IKIP Bandung) terhadap siswa kelas II SMA Negeri 22 Bandung pada tahun 1995 ditemukan bahwa tingkatan moral mereka itu bersifat menyebar, yaitu pada tingkat pra-konvensional (14%), konvensional (38%), dan pasca-konvensional (48%). Jumlah para siswa yang menjadi responden penelitiannya sebanyak 120 orang.
Dengan masih adanya siswa SMU (remaja) pada tingkat pra-konvensional atau konvensional, maka tidaklah heran apabila diantara remaja masih banyak yang melakukan dekadensi moral atau pelecehan nilai-nilai seperti tawuran, tindak criminal, meminum minuman keras, dan hubungan seks di luar nikah.
Remaja berprestasi dan tawuran adalah dua hal berbeda yang merupakan cerminan moral yang dianut remaja.
Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh factor penentunya yang beragam juga. Salah satu factor penentu atau yang mempengaruhi perkembangan moral remaja itu adalah orangtua. Manurut Adamm dan Gullotta (183: 172-173) terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orangtua mempengaruhi nilai remaja, yaitu sebagai berikut :
  1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orangtua (Haan, Langer & Kohlberg, 1976).
  2. Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang anaknya nakal, dan remaja yang tidak nakal mempunyai skor lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya daripada remaja yang nakal (Hudgins & Prentice, 1973).
  3. Terdapat dua factor yang dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja , yaitu :
  4. a)Orangtua yang mendorong anak untuk berdiskusi secara demokratik dan terbuka mengenai berbagai isu, dan
  5. b)Orangtua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berpikir induktif  (Parikh, 1980).
Implikasi Perkembangan Moral dalam Pendidikan
Para remaja sering bersikap kritis, menentang nilai-nilai dan dasar hidup orang tua dan orang dewasa lainnya. Akan tetapi mereka tetap menginginkan suatu sistem nilai yang akan menjadi pegangan dan petunjuk bagi perilaku mereka. Untuk remaja, moral merupakan suatu kebutuhan untuk menumbuhkan identitas dirinya menuju kepribadian yang matang dan menghindarkan diri dari konflik yang sering terjadi. Nilai agama juga perlu mendapat perhatian, karena agama juga mengajarkan tingkah laku yang baik dan buruk.
Apa  yang terjadi di dalam diri pribadi seseorang hanya dapat diketahui dengan cara mempelajari gejala dan tingkah laku seseorang tresebut atau membandingkannya dengan gejala serta tingkah laku orang lain. Tidak semua individu mencapai tingkat perkembangan moral seperti yang diharapkan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral, dan sikap remaja adalah :
1. Menciptakan komunikasi
Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral.
  • Merangsang anak agar lebih aktif dalam tanggung jawab dan penentuan keputusan kelompok.
  • Mengikutsertakan remaja dalam beberapa pembicaraan dan pengambilan keputusan keluarga maupun kelompok sebaya.
  • Memberi kesempatan remaja berpartisipasi untuk mengembangkan aspek moral.
2. Menciptakan iklim lingkungan yang serasi
Usaha pengembangan tingkah laku nilai hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan-pendekatan intelektual semata, tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif di mana faktor-faktor lingkungan itu merupakan penjelmaan nyata dari nilai-nilai hidup tersebut.
Perkembangan Motorik Siswa SMA, http://blog.elearning.unesa.ac.id/pdf-archive/perkembanga-motorik-siswa-sma.pdf. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2013.


ULASANNYA :
Di dalam perkembangan peserta didik tidak hanya dinilai dari pertumbuhan dan perkembangan dari dalam maupun luar diri seseorang. Tetapi di nilai dari segi perkembangan karakteristiknya.
Karakteristik yang dimaksud disini adalah yang pertama karakteristik fisik dan motorik, yang kedua karakteristik kognitif, yang ketiga karakteristik bahasa, yang keempat karakteristik sosioemosional, dan yang kelima adalah karakteristik moral dan religi.
Dari kelima karakteristik tersebut kita bisa menilai perkembangan peserta didik itu seperti apa dan bagaimana. Diatas sudah dijelaskan kelima karakteristik tersebut yang mencakup satuan pendidikan sekolah menengah atas atau (SMA).

Komentar