TUGAS 7 SISWA USIA SD/MI MELIPUTI A.PERKEMBANGAN FISIK B.PERKEMBANGAN INTELEKTUAL C.PERKEMBANGAN EMOSI D.PERKEMBANGAN SOSIAL DAN MORAL E.IMPLIKASI PADA PENDIDIKAN
PPKn
REGULER SORE B
Nama :
ALFAN HERJANDI
NIM : E1B117004
Blog :
alfanjandi.blogspot.com
No. HP : 085397200906
TUGAS 7 / 30 APRIL 2018
Creative
Summary tentang : siswa usia SD/MI, meliputi: a. Perkembangan fisik b. Perkembangan
intelektual c. Perkembangan emosi d. Perkembangan sosial dan moral e. Implikasi
pada pendidikan (pera guru untuk membimbing siswa usia SD/MI).
1).Perkembangan Fisik Anak Usia
SD/MI
Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologi merupakan salah satu aspek
yang sangat penting bagi perkembangan individu terutama bagi anak usia sekolah
dasar. Pada usia anak sekolah dasar, pertumbuhan dan perkembangan fisik berlangsung
secara optimal. Pertumbuhan fisik anak usia sekolah dasar akan menimbulkan
karakteristik juga pola penyesuain diri mereka terhadap lingkungan. Selanjutnya
perkembangan fisik mencakup aspek – aspek : tinggi dan berat badan, proporsi
dan bentuk tubuh, otak dan perkembangan motorik. Maka kita akan membahasnya
satu persatu.
a)Tinggi dan Berat Badan
Dari usia bayi sampai umur 6 tahun, perkembangan bagian bawah lebih
cepat dibandingkan bagian bawah. Bagian anggota badan relatif pendek, dan
kepala relatif besar. Tinggi badan seorang anak relatif kisaran 5 hingga 6 %
dan berat bertambah 10 %. Jadi, pada usia anak sekolah dasar perubahan berat
badan lebih banyak dari pada tinggi badan. Karena ada penambahan ukuran dalam
kerangka tulang belulang, sistem otot dan organ lainnya. Berat dan kekuatan
otot anak semakin meningkat dan semakin menurunnya kadar lemak bayi.
Pertambahan kekuatan otot juga dipengaruhi oleh faktor keturunan dan latihan.
Pertumbuhan fisik akan memberikan kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam
berbagai aktifitas baru.
b)Proporsi dan Bentuk Tubuh
Pada anak usia sekolah dasar masih mengalami belum seimbangnya bentuk
proporsi dan bentuk tubuh. Seringkali kepala mereka lebih besar dibandingkan
kaki. Namun perkembangan akan mulai nampak pada kelas 5 atau 6. Mereka akan
mengalami perubahan dari keseluruhan badan untuk menuju keseimbangan. Ada
tipologi dari Sheldon (Hurlock, 1980) membangi anak menjadi tiga bentuk prime: edomorfik
yaitu lemaknya jauh lebih banyak dari pada jaringan otot, mesomorfik
yaitu lebih banyak jaringan ototnya dari pada lemak, dan ektomorfik
yaitu tidak ada jaringan yang melebihi jaringan lainnya atau bisa dikatan
kurus. Dalam tahap perkembangan anak, perkembangan otot anak juga cepat
meningkat. Hanya jaringan otot anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
otot anak perempuan. Sehingga anak laki – laki lebih kuat dari pada anak
perempuan. Kondisi proporsi anak juga dapat mempengaruhi perkembangan
kepribadian anak.
c)Otak
Perkembangan otak yang dialami oleh anak akan mengalami proses
perkembangan lebih cepat. Pada usia 3 tahun perkembangan otak saja sudah
mencapai dua pertiga otak orang dewasa. Dan pada usia 5 tahun otak sudah
mencapai 90% otak orang dewasa. Perkembangan ini disebabkan oleh penambahan
jumlah dan ukuran ujung-ujung syaraf yang ada di dalam dan sekitar otak.
Ditambah dengan adanya proses melinasi (terdesaknya sel-sel syaraf oleh lemak
sehingga meningkatkan kecepatan informasi).
Perkembangan otak tidak selalu dipengaruhi oleh nutrisi juga dipengaruhi
oleh lingkungan sekitar yang akan merangsang otak selalu berfungsi. Karena
tanpa dirangsang, otak tidak akan berkembang dan sulit mendapatkan
informasi-informasi baru. Dan hal tersebut akan mempengaruhi perilaku anak dan
interaksi dengan orang lain.
d)Perkembangan Motorik
Pekembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna dan terkoordinasi
dari masa sebelumnya seiring bertambahnya berat dan tinggi badan. Mereka sudah
mampu mengotrol dan mengkoordinasi setiap gerakan badan. Seperti kemampuan mengkoordinasi
kakinya untuk menendang bola ke gawang secara akurat. Anak sekolah dasar sudah
mampu duduk dan memperhatikan seorang guru, tetapi mereka sering merasa bosan
untuk duduk terus selama pelajaran. Karena pada usia-usia mereka perlu
melakukan aktivitas fisik lebih banyak. Sejak usia 6 tahun anak mampu menembak,
menendang, melempar. Usia 7 tahun tangan anak semakin kuat dan lebih suka
menggambang menggunakan pensil dari pada krayon. Usia 8 sampai 10 sudah mampu
menggambar dengan baik dan dapat menulis dengan rata dan lebih kecil. Usia 10
sampai 12 sudah mampu memperlihatkan keterampilan dengan gerakan lebih cepat,
rumit, dan kompleks seperti orang dewasa. Biasanya dalam hal perkembangan
motorik anak perempuan lebih baik dari pada anak laki-laki.
Untuk mengembangkan gerak motorik biasanya anak lebih banyak melakukan
aktivitas permainan dan olahraga. Hal ini dapat memberikan latihan dan
kesempatan belajar bersaing, berteman, bersahabat dan memperluas pergaulan.
2). Perkembangan
Intelektual Anak SD/MI
Pada
usia sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif. Beberapa perkembangan menurut piaget :
1.Perkembangan
Kognitif
Menurut
Piaget anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi konkret (concrete
operations) yaitu pada waktu anak dapat berikir secara logik mengenai segala
sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini sampai kira-kira II tahun.
2.Berpikir
Operasional
Melakukan
berbagai bentuk operasional yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan
dari aktivitas jasmani. Pada tahap operasionak konkret anak-anak sudah mulai
bekerja denga angka-angka, mengetahui konsep-konsep waktu dan ruang dan dapat
membedakan kenyataan dengan hal-hal yang bersifat fantasi.
Anak-anak
usia sekolah lebih dapat berpikir secara logik dari pada waktu mereka masih
muda. Menurut Piaget seorang anak pada periode perkembangan inintelah mampu
menggunakan simbol” untuk melakukan sesuatu.
Pada
periode berpikir ini pula anak-anak mulai mampu melakukan “Perpisahan mereka
memperhitungkan berbagai aspek yang ada sebelum mengambil suatu kesimpulan dan
tidak lagi hanya terpukau kepada satu aspek saja seperti pada pemikiran
praoperasional. Mereka meningkatkan pengertian bahwa adanya sudut pandangan
orang lain memungkinkan mereka untuk berkomunikasi secara efektif dan
memungkinkan mereka untuk bersikap lebih
luwes dalam sikap moral mereka.
3.Konservasi
Konservasi
adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat mengembangkan berbagai
opemasi pada tahap konkret. Dengan kata lain konservasi adalah kemampuan untuk
mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama akan tetap sama dalam
substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi.
Anak
pada usia sekolah dasar sudah mampu melakukan konservasi karena sudah memahami
konsep bolak-balik (reversibility) konsep bahwa ia dapat mengembalikan benda
kebentuknya yang semula tanpa (ditambah atau dikurangi).
Menurut
Piaget, kemampuan konservasi di mungkinkan untuk berkembang jika sistem syaraf
sudah cukup matang dan mendukung kemampuan.
Selain
itu anak dapat melakukan konservasi adalah anak yang nilai rapornya lebih
tinggi, IQ nya tinggi kemampuan verbalnya baik, dan ibu yang aktif jadi, disini
tampaklah suatu peningkatan kualitatif cara berpikir anak.
4.Seriasi
(Runtunan)
Seriasi
juga adalah satu ciri perkembangan kognitif anak usia sekolah, yaitu memahami
suatu seri posisi, seriasi ini juga berlaku untuk berbagai dimensi, yaitu
dimensi tinggi, panjang atau ukuran, Artinya anak usia SD mampu menyusun benda
mulai dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
5.Klasifikasi
dari Obyek-obyek
Yaitu
kemampuan untuk memilih sub kelompok. Kemampuan intelektual pada masa ini sudah
cukup untuk menjadi dasar diberikanya berbagai kecakapan yng dapat
mengembangkan pola piker atau daya nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya,
daya cipta,kreatifitas anak maka anak perlu diberi peluang-peluang untuk
bertanya berpendapat atau menilai tentang berbagai hal tentang pelajaran atau
peristiwa yang terjadi di lingkungan.
Upaya
lain yang dapat dilakukan sekolah dalam mengembangkan kreatifitas anak adalah
dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti lomba mengarang, menggambar
dan menyanyi.
3).Perkembangan
Emosi Pada Anak SD/MI
Perkembangan
emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :
1.
Pada bayi hingga 18 bulan
a.
Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya
aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam
membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta
interaksi dengan orang lain. Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur
memberikan rasa aman pada bayi.
b.
Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan
tenang. Minggu ke delapan ia mulai tersenyum jika melihat wajah dan suara orang
di sekitarnya.
c.
Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar mengekspresikan emosi
seperti gembira, terkejut, marah dan takut.
d.
Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada orang yang merawatnya akan
semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri orang asing yang belum
dikenalnya. Pada umur 18 bulan bayi mulai mengamati dan meniru reaksi emosi
yang di tunjukan orangorang yang berada di sekitar dalam merespon kejadian
tertentu.
2.
Usia 18 bulan sampai 3 tahun
a.
Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di
lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan
banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini
anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.
b.
Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk
mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah
dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak
mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan
mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.
c.
Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya
dengan bahasa verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan
prilaku dan menguasai diri.
1.Usia
antara 3 sampai 5 tahun
a.
Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif
sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan
anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain.
b.
Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa
menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya suatu
pertandingan akan membuat pemenang merasa senang, sementara yang kalah akan
sedih.
4.
Usia antara 5 sampai 12 tahun
a.
Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak
mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini
adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasi-informasi.
b.
Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik
emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari
perasaan diri dan orang lain.
c.
Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial
dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain.
Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar
apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi
agar emosi tersebut dapat dikontrol (Suriadi & Yuliani, 2006).
d.
Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang
norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi
bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal.
Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat
diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa
emosi mereka juga makin beragam.
4).Perkembangan
Sosial dan Moral Pada Anak SD/MI
Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial,
makhluk yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Untuk mewujudkan potensi
tersebut ia harus berada dalam interaksi dengan lingkungan manusia lain.
Proses belajar untuk menjadi makhluk sosial
disebut sosialisasi. Loree (1970:86) menjelaskan bahwa sosialisasi merupakan
suatu proses dimana individu melatih kepekaan dirinya terhadap
rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan.
Perkembangan sosial, dapat diartikan
sebagai sekuence dari perubahan yang berkesinambungan dalam perilaku individu
untuk menjadi makhluk sosial yang dewasa. Carlote Buhler mengidentifikasikan
perkembangan sosial dalam kesadaran hubungan subjektif-objektif.
1) Masa kanak-kanak awal (0-3) : subjektif
2) Masa krisis I (3-4) : trotz alter
(anak-degil)
3) Masa kanak-kanak akhir (4-6) : subjektif menuju objektif
4) Masa anak sekolah (6-12) : objektif
5) Masa krisis II (12-13) : pre-puber (anak tanggung)
6) Masa remaja awal (13-16) : subjektif menuju objektif
7) Masa remaja akhir (16-18) : objektif
Berdasarkan perkembangan sosial
menurut Carlote Buhler, anak sekolah dasar khususnya di kelas rendah mempunyai
perkembangan sosial yang menganggap dirinya itu sebagai objek atau pusat dari
sosialisasi. Sehingga anak di kelas rendah perkembangan sosialnya mempunyai
sifat yang egois, menganggap dirinya sentral sosial.
3.Macam
Perilaku Sosial Pada Anak Sekolah Dasar
Sebagai
konsekuensi dari fase perkembangan, anak usia Sekolah Dasar memiliki
karakteristik khusus dalam berperilaku yang direalisasikan dalam bentuk
tindakan-tindakan tertentu. Samsu Yusuf (Budiamin dkk, 2006:133-134) mengidentifikasikan
sebagai berikut:
1.Pembangkangan
(negativisme)
Bentuk
tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap
penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai
dengan kehendak anak. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak
memandang pertanda mereka anak yang
nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua
mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap “dependent”
(ketergantungan) menuju kearah “independent” (bersikap mandiri).
2.Agresi
(agression)
Yaitu
perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal).
Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena
tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan
dengan menyerang seperti ; mencubit, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
Sebaiknya
orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara
mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang
agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.
3.Berselisih/bertengkar
(quarreling) Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh
sikap atau perilaku anak lain, sepert diganggu pada saat mengerjakan sesuatu
atau direbut mainannya.
4.Menggoda
(teasing)
Menggoda
merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental
terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5.Persaingan
(Rivaly)
Yaitu
keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap
persaingan mulai terlihat pada usia 4 tahun, yaitu persaingan untuk
prestice (merasa ingin menjadi lebih
dari orang lain) dan pada usia 6 tahun, semangat bersaing ini berkembang dengan
baik.
6.Kerja
sama (cooperation)
Yaitu
sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Anak yang berusia dua atau tiga tahun
belum berkembang sikap bekerja samanya, mereka masih kuat sikap
“self-centered”-nya. Mulai usia tiga tahun akhir atau empat tahun, anak sudah
mulai menampakan sikap kerja samanya. Pada usia enam atau tujuh tahun sikap ini
berkembang dengan baik.
7.Tingkah
laku berkuasa (ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi
sosial, mendominasi atau bersikap “business”. Wujud dari sikap ini adalah ;
memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
8.
Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu
sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Anak ingin selalu
dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak, maka dia protes dengan menangis,
menjerit atau marah-marah.
9.Simpati
(Sympathy)
Yaitu
sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang
lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.
5). Implikasi
pada Pendidikan
Ada
sesuatu yang menarik dan patut dibanggakan bagi guru SD, apalagi yang mengajar
di kelas rendah (I,II,III). Apa itu? Tingginya ketaatan dan kepercayaan siswa
kepada gurunya. Kalau Anda tidak percaya, silahkan lakukan penelitian kecil di
lingkungan tempat tinggal Anda. Gak usah jauh-jauh, jika di rumah ada anak yang
duduk sebagai siswa SD kelas rendah, maka akan dengan mudah bagi Anda untuk
membuktikan kebenaran poin yang dimaksud.
Pernahkah
Anda menyaksikan anak yang menangis minta dibelikan warna air karena pesan
gurunya? Atau menyaksikan anak yang setiap hari meminta dibelikan buah untuk
dimakan atas pesan gurunya? Atau pernahkah di rumah, Anda mengeluh karena anak
tidak mau mengerjakan sesuatu karena gurunya tidak menganjurkan pekerjaan
seperti itu? Atau anak membantah Anda karena menurutnya yang Anda lakukan tidak
sesuai dengan pesan gurunya? Atau…banyak lagi contoh lain yang menunjukkan
tingkat ketaatan dan kepercayaan siswa yang tinggi terhadap gurunya.
Tingkat
ketaatan dan kepercayaan yang tinggi terhadap guru oleh siswa SD kelas rendah
membuktikan bahwa guru SD sebenarnya merupakan panutan bagi siswanya. Apakah
peran guru SD cukup hanya sebagai panutan saja? Tentu saja tidak!
Seperti
guru-guru yang lain, guru SD juga adalah tenaga pendidik. Sebagai pendidik,
sebenarnya banyak peran yang harus diemban oleh guru. Antara lain seperti yang
dikemukakan oleh Abin Syamsuddin (2003) dalam pengertian pendidikan secara
luas, yaitu guru berperansebagai:
•Pemelihara
sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan;
•Pengembang
sistem nilai ilmu pengetahuan;
•Penerus
sistem-sistem nilai kepada siswa;
•Penterjemah
sistem-sistem nilai melalui penjelmaan sikap pribadi dan perilakunya, dalam
proses interaksi dengan siswa;
•Penyelenggara
terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara
formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral
(kepada siswa dan Tuhan Yang Maha Esa).
Sedangkan
dalam pengertian pendidikan yang terbatas, peranan guru adalah sebagai:
•Perencana
dalam mempersiapkan proses pembelajaran;
•Pelaksana
proses pembelajaran; dan
•Penilai
proses pembelajaran yang telah dilakukannya;
Secara
sederhana, peran guru sebagai pendidik adalah membimbing, mengajar, dan melatih
(Wardani, 2007). Simak apa yang dikemukakan oleh Wardani berikut ini:
Peran
sebagai pembimbing
Untuk menjadi sosok pembimbing, guru harus
mampu menjadi panutan yang dapat digugu dan ditiru oleh siswanya. Jika guru
telah mampu menunjukkan contoh teladan yang baik bagi siswa maka tugas
membimbing akan lebih mudah dilakukan. Sebagai pembimbing, guru dituntut agar
memiliki kemampuan profesional dalam menguasai dan melaksanakan teknik-teknik
bimbingan.
Peran
sebagai pengajar
Peran sebagai pengajar adalah yang paling
populer bagi seorang guru. Bahkan jika seorang guru bertemu dengan rekannya
sesama guru maka petanyaan yang diajukan untuk mengetahui tempatnya bertugas
adalah “Bapak/Ibu mengajar dimana?” atau mungkin “Bapak/Ibu mengajar kelas
berapa?” Dalam melaksanakan perannya sebagai pengajar, guru SD sebagai guru
kelas harus memiliki kemampuan mengajarkan semua mata pelajaran di SD (kecuali
Pendidikan Agama dan Penjaskes) dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
mengajar.
Peran
sebagai pelatih
Peran
guru SD yang utama adalah sebagai pengajar yang mendidik. Peran sebagai pelatih
biasanya tidak terlalu dituntut, karena peran tersebut lebih banyak dilakukan
oleh guru dengan siswa yang telah dewasa. Siswa SD lebih banyak memerlukan
bimbingan dan pengajaran dari guru.
http://rizqijuliana.blogspot.com/2013/02/perkembangan-sosial-anak-sekolah- dasar.html diakses tanggal 27
September 2013
http://hantsui.blogspot.com/2012/05/keterkaitan-sosial-emosional-anak.html
http://makalahplus.blogspot.co.id/2013/12/perkembangan-intelektual-dan-emosional-anak-usia-sekolah-dasar.html
ULASANNYA
:
Didalam sebuah perkembangan anak usia SD/MI
ada perkembangan yang nampak dan ada pula perkembangan yang tidak nampak. Perkembangan
yang nampak disini maksudnya perkembangan yang hanya bisa dihitung dengan angka
atau Kuantitatif seperti perkembangan fisik meliputi berat badan, tinggi badan,
bentuk tubuh dan yang lainnya. Sedangkan perkembangan yang tidak nampak disini
maksudnya perkembangan yang tidak bisa dihitung dengan angka atau Kualitatif
seperti perkembangan emosi, intelektual dan yang lainnya.
Dari berbagai perkembangan tersebut tidak
mudah untuk siswa untuk melaluinya maka disini ada sesosok orang yang akan
membimbing, melatih, dan menuntun semua perkembangan tersebut. Orang yang
dimaksud disini adalah “PENDIDIK” atau “GURU”. Guru (pendidik) ialah siapa saja
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik baik dari segi potensi
kognitif, afektif, maupun potensi psikomotorik. Jadi peranan guru sangat
penting bagi pendidikan agar mencetak generasi yang berkualitas. Masalah berkualitas
atau tidaknya seorang peserta pendidik tergantung juga dari kualitas seorang
guru itu sendiri.
Komentar
Posting Komentar