TUGAS 9 TAHAP - TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PADA USIA SEKOLAH MENENGAH (SMA/MA)
KELAS PPKn REGULER SORE B
Nama : ALFAN
HERJANDI
NIM : E1B117004
Email : alpanjandi13@gmail.com
Blog : alfanjandi.blogspot.com
No.Hp : 085397200906
TUGAS 9 / 15 MEI 2018
Membuat Creative
Summary tentang : tahap – tahap perkembangan peserta didik pada usia sekolah
menengah (SMA/MA).
Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang
berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan
individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu
dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka
melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas. Umumnya mereka tidak mau
dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut sebagai orang dewasa,
mereka secara riil belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa.
Ada perubahan-perubahan yang bersifat universal pada
masa remaja, yaitu meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikis, perubahan tubuh, perubahan minat dan peran yang
diharapkan oleh kelompok sosial tertentu untuk dimainkannya yang kemudian
menimbulkan masalah, berubahnya minat, perilaku, dan nilai-nilai, bersikap
mendua (ambivalen) terhadap perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut akhirnya berdampak pada
perkembangan kognitif, afektif, dan juga psikomotorik mereka.
1. Perkembangan aspek kognitif
Pada masa remaja terjadi kematangan intelektualitas
yang berkembang bersamaan dengan kematangan organ seksualnya. Selain terjadi
perubahan fisik dan sosial, juga terjadi perubahan dalam cara berfikir dan
pengolahan informasi. Pada saat remaja mereka mengalami periode
individualisasi, di mana mereka mengembangkan identitas diri mereka dan
membentuk pendapat sendiri yang mungkin berbeda dengan orang tuanya. Mereka
mengalami deidelalisasi terhadap orang tua. Remaja mulai menyadari bahwa orang
tua mereka tidak selalu benar. Akibatnya, sering terjadi konflik antara orang
tua dan anak remaja, yang umumnya berkisar pada perbedaan antara orang tua dan
anak remaja tentang bagaimana mereka memandang dan mendefinisikan aturan keluarga
dan aturan sosial lainnya.
Remaja mulai merasa bahwa pemecahan masalah merupakan
pilihan pribadi, bukan pendapat orang tua. Meskipun konflik di atas dapat
menimbulkan masalah, tapi hal tersebut merupakan perkembangan yang normal,
bukan merupakan suatu ancaman terhadap hubungan antara orang tua dan anak.
Selain harus berfikir kritis, hendaknya remaja juga menyadari bahwa mereka
harus menghargai orang tuanya dan tetapt meminta nasehat-nasehatnya. Oleh
karena itu konflik antara mereka akan menjadi proses untuk menjadi orang dewasa
bagi anak.
Untuk menunjukkan kematangannya, remaja terutama
laki-laki juga sering terdorong untuk menentang otoritas guru di SMA, sehingga
mereka menjadi target dan pemberontakkan mereka. Cara yang paling baik untuk
menghadapi pemberontakkan remaja adalah :
a. Mencoba untuk
mengerti mereka.
b. Melakukan segala
sesuatu untuk membantu mereka agar berprestasi dalam bidang ilmu yang
diajarkan. Jika para guru menyadari untuk mengembangkan
keterampilan-keteranpilan pada diri peserta didiknya walaupun dalam cara yang
terbatas, maka pemberontakkan dan sikap permusuhan di kelas akan dapat
dikurangi.
2. Perkembangan aspek afektif
Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress,
yaitu terjadinya pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang
pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada masa remaja (usia
12-21 tahun) terdapat beberapa fase, antara lain :
a.
Fase remaja awal (12-15 tahun)
b. Fase
remaja pertengahan (15-18 tahun)
c.
Fase remaja akhir (18-21 tahun)
Di antara fase-fase tersebut juga terdapat fase
pubertas (11/12-16 tahun) yang terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja
dalam menghadapinya. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak lepas dari
bermacam-macam pengaruh, seperti pengaruh lingkungan tempat tinggal, keluarga,
sekolah, dan teman-teman sebaya, serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya
dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial
tempat berinteraksi, membuat mereka tertuntut untuk menyesuaikan diri secara
efektif. Proses penyesuaian diri tersebut tak jarang menimbulkan masalah bagi
remaja, misalnya remaja menjadi sering melamun, mudah marah, dan menginginkan
kebebasan tanpa batas pada dirinya.
Sehubungan dengan emosi remaja yang sering melamun dan
sulit diterka, maka satu-satunya upaya yang dapat guru lakukan adalah
memperlakukan peserta didik seprti orang dewasa yang penuh dengan rasa tanggung
jawab moral. Dalam hal ini, guru dapat membantu mereka bertingkah laku progresif
untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan atau tugas-tugas sekolahnya. Salah
satu cara yang mendasarinya adalah dengan memotivasi mereka untuk bersaing
dengan diri sendiri.
Bila ada ledakan-ledakan kemarahan pada diri remaja,
sebaiknya guru memperkecil ledakan emosi tersebut dengan jalan dan tindakan
yang bijaksana, lemah lembut, merubah pokok pembicaraan, dan memulai aktivitas
baru. Jika kemarahan peserta didik tetap tak bisa diredam, guru dapat meminta
bantuan kepada petugas bimbingan konseling.
Bertambahnya kebebasan pada para remaja bagaikan
menambah “bahan bakar terhadap api”, jika keinginan-keinginannya dihambat atau
dirintangi oleh orang tua dan gurunya. Salah satu cara untuk mengatasinya
adalah dengan meminta peserta didik mendiskusikan perasaan-perasaan mereka.
Penting bagi guru untuk memahami alasan-alasan pemberontakkan mereka dan guru
harus menekankan pentingnya bagi remaja untuk mengendalikan dirinya karena
hidup di masyarakat harus menghormati dan menghargai keterbatasan-keterbatasan
dan kebebasan individu.
3. Perkembangan aspek psikomotorik
Kemampuan psikomotorik ini berkaitan dengan
keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang
memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Perkembangan psikomotorik yang
dilalui oleh peserta didik SMA memiliki kekhususan yang antara lain ditandai
oleh perubahan-perubahan ukuran tubuh, ciri kelamin yang primer, dan ciri
kelamin yang sekunder. Perubahan-perubahan tersebut dikelompokkan dalam dua
kategori besar, yaitu percepatan pertumbuhan dan proses kematangan seksual yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Perubahan-perubahan fisik tersebut merupakan gejala
umum dalam pertumbuhan peserta didik SMA. Perubahan-perubahan fisik tersebut
bukan hanya berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya
proporsi tubuh saja, akan tetapi juga meliputi ciri-ciri yang terdapat pada
kelamin primer dan sekunder. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya
mengikuti irama tertentu. Hal ini terjadi karena pengaruh faktor keluarga,
gizi, emosi, jenis kelamin, dan kesehatan.
Peubahan-perubahan
yang dialami peserta didik SMA mempengaruhi perkembangan tingkah laku yang
ditampakkan pada perilaku yang canggung dalam proses penyesuaian diri mereka,
isolasi diri dan kelompok dari pergaulan, perilaku emosional, imitasi
berlebihan, dan lain-lain.
ULASANNYA :
Kita tahu bahwa
semua jenjang pendidikan memiliki atau mempunyai tahapan perkembangan peserta
didik baik itu SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA.
Tahap
– tahap perkembangan peserta didik pada usia SMA sama dengan tahap SMP/MTs
seperti perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akan tetapi
pembahasan semua itu berbeda dengan usia SMP/MTTs. Pada usia SMA perubahan
individu sangat lebih drastis karena terdapat masa transisi antara masa kekanak
– kanakan menuju masa remaja dan ditandai dengan pubertas yang sudah matang.
Pada
umumnya mereka tidak mau dikatakan sebagai anak – anak tetapi secara rill juga
tidak bisa dikatakan sebagai orang dewasa. Pada masa remaja ini ada perubahan
yang sangat drastis yang dialami oleh individu seperti perubahan emosi, fisik,
psikis, perubahan tubuh, tingkah dan prilaku, bakat dan minatnya.
Komentar
Posting Komentar