DOT POINT BAB 2 PENELITIAN KUANTITATIF
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. HASIL BELAJAR
1. Pengertian belajar ? menurut (W.H
Burton 1984), menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada
diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu
dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan
menurut (R. Gagne), pengertian belajar adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
2. Pengertian
hasil belajar ? Menurut (Bloom),
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain
kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation ( menilai). Domain afektif adalah
receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai),
organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor
meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup
keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sedangkan
menurut ( Nana
Sudjana “2009: 3”) Mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya ialah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut (Horward
kingsley), membagi tiga macam hasil belajar, yakni a) keterampilan dan
kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita. Masing-masing
jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum,
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil belajar
?
Menurut
(Slameto 2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu yang sedang belajar.
Ada
tiga faktor yang menjadi faktor intern yaitu :
1.
Faktor jasmaniah
2.
Faktor psikologis
3.
Faktor kelelahan
ada tiga faktor yang
menjadi faktor ekstern yaitu :
1.
Faktor keluarga
2.
Faktor sekolah
3.
Faktor masyarakat
4, Apa itu pembelajaran kooperatif ? menurut (Depdiknas, 2003:5)
“Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil
siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar”.
Sedangkan menurut (Slavin
(Isjoni, 2011:15), “In cooperative learning methods, students work together in
four member teams to master material initially presented by the teacher”. Ini
berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil
berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik
lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk
kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.
5. Apa itu Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ? menurut (Robert Slavin
dan teman-temannya, 1995), merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,
dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru
mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Menurut Slavin (dalam Noornia, 1997:
21) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu:
a. Penyajian Kelas
b. Menetapkan siswa dalam kelompok
c. Tes dan Kuis
d. Skor peningkatan individual
e. Pengakuan kelompok
6. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD ?
1.
Penyampaian Tujuan dan Motivasi
2.
Pembagian Kelompok
3.
Persentasi dari Guru
4.
Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
5.
Kuis (Evaluasi)
6.
Penghargaan Presentasi Tim
7. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ?
Kelebihan
:
1. Setiap siswa memiliki kesempatan
untuk memberikan kontribusi yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok
adalah setara Allport (dalam Slavin, 2005:103).
2. Menggalakkan interaksi secara aktif
dan positif dan kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik (Slavin,
2005:105) dan (Ahmadi, 2011:65).
3. Membantu siswa untuk memperoleh
hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih banyak (Slavin, 2005:105)
4. Melatih siswa dalam mengembangkan
aspek kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif (Isjoni, 2010:72).
5. Peran guru juga menjadi lebih aktif
dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator
(Isjoni, 2010:62).
6. Dalam model ini, siswa memiliki dua
bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu
sesama anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2011: 203).
7. Dalam model ini, siswa saling
membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif
daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011: 204)
8. Pengelompokan siswa secara heterogen
membuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup
9. Prestasi dan hasil belajar yang baik
bisa didapatkan oleh semua anggota kelompok
10. Kuis yang terdapat pada langkah
pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi
11. Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung
jawab individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang
dikerjakan secara individu
12. Adanya penghargaan dari guru,
sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran.
13. Anggota kelompok dengan prestasi dan
hasil belajar rendah memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan
tidak rendah supaya nilai kelompok baik
14. Rusman (2011) menambahkan keunggulan
model ini yaitu, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu
belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk
belajar (Rusman, 2011: 203)
15. Siswa dapat saling membelajarkan
sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru
(Rusman, 2011: 204).
16. Model ini dapat mengurangi sifat
individualistis siswa. Belakangan ini, siswa cenderung berkompetisi secara
individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman
sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan
sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga
negara yang egois, introfert (pendiam dan tertutup), kurang bergaul dalam
masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang menghargai
orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala
seperti ini kiranya mulai terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit
demonstrasi, main keroyokan, saling sikut dan mudah terprovokasi (Rusman, 2011:
204).
Kelemahan :
1. Berdasarkan karakteristik STAD jika
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari
guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama,
dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian
materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit
diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa
dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan
penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak
ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.
2. Model ini memerlukan kemampuan
khusus dari guru. Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan
evaluator (Isjoni, 2010:62). Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi
fasilitator, mediator, motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang dapat
di jalankan adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti mengadakan
kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib dan tidak membebankan biaya kepada
guru serta melakukan pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru
sendiri perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya tentang
pembelajaran.
Komentar
Posting Komentar